Tafsiras-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 7. "Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya," yakni sesungguhnya manusia menyaksikan keengganannya menunaikan kewajiban dan keingkaran yang ia ketahui pada dirinya, ia tidak membantah dan tidak mengingkarinya: karena itu adalah sesuatu yang jelas.

Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Dan sesungguhnya manusia itu terhadap hal tersebut terhadap keingkarannya menyaksikan sendiri atau dia menyaksikan bahwa dirinya telah berbuat ingkar. Di akhirat kelak ia akan menjadi saksi atas dirinya dan akan mengakui segala dosanya. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021332 Link sumber Yakni manusia mengakui sikapnya itu. Bisa juga kata “hu” di ayat tesebut kembalinya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, sehingga artinya, “Sungguh, manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala Sehingga di dalamnya terdapat ancaman bagi orang yang ingkar kepada nikmat Tuhannya.

RenunganJumat: Jangan Kamu Membunuh Diri Kalian "Walaa Taqtulu Anfusakum" Oleh: H. Marhaban Adhang, S.HI Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kota Kupang. AKHIR-AKHIR ini kita banyak mendengar dan menyaksikan berita tentang maraknya kejadian bunuh diri atau aksi bom bunuh diri di beberapa tempat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, baik dengan menggunakan bahan peledak maupun

Cermati dan tirukan pelafalan surah Al-’Adiyat di atas secara berulang-ulang sampai fasih dan Mengartikan kosa-kata surat Al-’Adiyat3. Menerjemahkan Surat Al-AdiyatTerjemahan dari surat Al-'Adiyat secara lengkap adalah sebagai berikutDemi Al Aadiyat , Dhabhah Dan yang mencetuskan api Dan yang menyerang diwaktu pagi Maka ia menerangkan debu Dan ia ketengah-tengah kumpulanSesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Tuhannya Dan sesungguhnya ia itu menyaksikan Dan sesungguhnya dia sangat mencintai kebaikanMaka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan sesuatu yang ada di dalam kubur Dan diperlihatkan apa yang di dalam dada Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu maha Mengetahui keadaan merekaBaca juga Materi Surat Al-Qariah4. Memahami Isi Kandungan Surat Al-AdiyatDinamakan denga surat Al Adiyaat karena Allah memulai nya dengan sumpah, menggunakan kata al adiyaat Kuda para mujahid yang cepat mengahadapi musuh. Adapun makna yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikutPertama, Kuda Perang Ketika Menyerang MusuhPada surat Al Adiyat ini, Allah bersumpah dengan kuda perang. Kuda di sini memiliki keistimewaan khusus dibandingkan hewan lainnya. Kuda tersebut dikatakan berlari kencang dengan terengah-rengah. Kuda tersebut memercikkan api karena sentakan kakinya yang mengenai batu saat berlari kencang. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya di waktu Shubuh. Lalu kuda tersebut menerbangkan debu-debu. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya hingga menebus ke tengah-tengah mereka. Inilah yang digunakan untuk bersumpah oleh Allah dalam awal-awal surat kedua adalah Manusia Sangat Ingkar. Adapun isi sumpah dijelaskan mulai pada ayat, “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” Makna “al kanud” adalah al kafur, yaitu mengingkari nikmat Rabbnya. Demikian kata Ibnu Abbas dan Hasan Al Bashri mengatakan,هو الذي يعد المصائب، وينسى نعم ربه“Manusia itu terus menghitung-hitung musibah. Namun melupakan betapa banyak nikmat yang telah Rabbnya beri.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 634.Yang ketiga Manusia Akan Menyaksikan Kekufurannya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan, “dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya“. Ada dua tafsiran mengenai ayat di atasAllah akan menjadi saksi terhadap apa yang diperbuat manusia. Demikian dikatakan oleh Qotadah dan Sufyan Ats Tsauri. Maksudnya di sini adalah Allah akan membalas kekufuran akan menjadi saksi atas kekufuran mereka sendiri. Demikian pendapat Muhammad bin Ka’ab Al Qurthubi..” Lihat Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 635.Yang keempat, Manusia Bakhil Karena Cinta HartaAdapun ayat, وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Khoir atau kebaikan dalam ayat ini yang dimaksud adalah harta. Namun ada dua pendapat dalam memaknakan ayat tersebutManusia sangat cinta pada sangat pelit bakhil.Kedua makna di atas adalah makna yang shahih benar kata Ibnu kelima, Kita harus Zuhud pada Dunia dan Ingat Kehidupan AkhiratSelanjutnya Allah memotivasi untuk zuhud pada dunia dan bersemangat menggapai akhirat. Allah ingatkan pula apa yang terjadi setelah alam dunia. Perhatikan ayat selanjutnya, أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada?“Yang dimaksudkan ayat di atas adalah “tidakkah mereka tahu bagaimana keadaan mayit yang dibangkitkan dari alam kubur?” Lalu disebutkan selanjutnya “tidakkah mereka tahu apa yang dikeluarkan dari dalam dada”, maksudnya adalah sesuatu yang nanti akan ditampakkan dari dalam hatinya? Artinya, segala rahasia dan apa yang tersembunyi dalam hati akan ditampakkan keenam, Allah Maha Mengetahui …Dalam akhir ayat disebutkan, إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ“Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” Maksudnya -kata Ibnu Katsir- bahwa Allah mengetahui segala yang mereka perbuat dan akan membalasnya, juga sama sekali Allah tidak berbuat zhalim sedikit pun kepada As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah mengetahui perbuatan hamba yang lahir dan batin, yang nampak maupun yang tersembunyi. Allah pun akan membalas perbuatan tersebut. Balasan itu diberikan atas dasar Allah mengetahui apa yang manusia perbuat.”5. Tafsir Surat Al-AdiyatFirman Allah وَالْعَادِيَاتِ, Demi Al Aadiyat, Allah bersumpah dengan kuda yang dilarikan di jalan Allah. ضَبْحاً yaitu suara yang terdengar dari kuda ketika lari. فَالْمُورِيَاتِ قَدْحاً Dan yang mencetuskan api. Sepatu kuda-kuda itu memukul batu dengan keras hingga menimbulkan percikan api darinya. فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحاً Dan menyerang diwaktu pagi. Serangan itu dilakukan pada pagi hari, sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam melakukan penyerangan diwaktu pagi dan mendengarkan Adzan maka beliau menyerang. Dan firman-Nya فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعاً Maka ia menerbangkan debu, di tempat bertempurnya kuda-kuda itu, tengah kumpulan. Kuda-kuda itu masuk ditengah-tengah pertempuran secara keseluruhan. Berkata Ibnu Abu Hatim dari Abdullah, bahwa “Al-Adiyat” adalah onta, berkata Ali “Al Adiyat” adalah onta, dan berkata Ibnu Abbas “Al Adiyat” adalah kuda, ketika pendapat Ibnu Abbas itu disampaikan kepada Ali, maka Ali berkata Pada saat perang Badar kami tidak memiliki kuda, berkata Ibnu Abbas, akan tetapi itu terjadi pada suatu kelompok perang yang Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas yang berkata kepadanya, ia berkata, ketika aku sedang duduk datang seseorang lalu ia bertanya kepadaku tentang “Al Adiyat Dhabhan”, maka aku katakan kepadanya yaitu kuda ketika melakukan penyerangan dijalan Allah, kemudian orang itu pergi menemui Ali yang sedang berada di Zam-Zam, lalu orang itu bertanya kepada Ali tentang “Al Adiyat Dhabhan”, maka Ali berkata, apakah engkau pernah bertanya kepada seseorang tentang hal ini sebelum bertanya kepadaku ? orang itu menjawab Ya, Aku telah bertanya kepada Ibnu Abbas dan ia menjawab yaitu kuda ketika melakukan penyerangan dijalan Allah, Ali berkata, pergi dan panggil dia kehadapanku, maka ketika aku telah berada dihadapannya, ia berkata, apakah engkau menjawab pertanyaan manusia dengan apa yang tidak engkau ketahui, demi Allah sesungguhnya perang yang pertama kali dalam Islam adalah perang Badar, dimana saat itu kami hanya memiliki dua ekor kuda, yaitu kuda milik Az-Zubair dan kuda milik Al Miqdad. Berkata Ibnu Abbas maka aku mencabut kembali pendapatku dan aku berpendapat seperti apa yang dikatakan oleh Ali Diantara mereka yang berpendapat pada pendapat Ali adalah Ibrahim dan Ubaid bin Umair, dan yang berpendapat dengan pendapat Ibnu Abbas adalah Mujahid, Ikrimah, Atha, Qatadah, dan Adh-Dhahhak kemudian Ibnu Jarir memilih pendapat Ibnu Abbas ini. Berkata Ibnu Abbas dan Atha tidak ada seekor binatang pun yang mengeluarkan suara ketika berlari selain kuda dan anjing. Berkata Ibnu Juraij dari Atha, Aku mendengar Ibnu Abbas menggambarkan Dhabhan dengan kalimat " ah.... .ah " dan mereka berpendapat tentang firman-Nya فَالْمُورِيَاتِ قَدْحاً Dan yang mencetuskan api, yaitu api itu berasal dari telapak-telapak kaki kuda, ada pula yang berpendapat, bahwa api itu timbul karena peperangan yang timbul diantara para penunggang kuda itu. Ada juga yang berpendapat, api itu dinyalakan ketika mereka kembali kebarak-barak mereka diwaktu malam. Ada juga yang berpendapat api unggun yang dinyalakan oleh para penduduk, kedua pendapat terakhir ini di ungkapkan oleh mereka yang menafsirkan Al ' Adiyat dengan kuda, sedangkan yang menafsirkan Al'Adiyat dengan onta, maka mereka berpendapat api itu dinyalakan di Muzdalifah. Berkata Ibnu Jarir yang benar adalah pendapat yang pertama, bahwa “Al-'Adiyat” itu adalah kuda ketika memercikkan api dari telapak kaki-telapak kakinya. Sedang firman-Nya فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحاً Dan yang menyerang diwaktu pagi, berkata Ibnu Abbas dan lainnya adalah Serangan yang dilakukan oleh kuda-kuda itu di pagi hari di jalan Allah, sementara yang menafsirkan dengan onta berpendapat yaitu melakukan pertahanan di pagi hari dari Muzdalifah sampai Muna Mina. Baca juga Materi Surat Al-FiilMereka yang memiliki pendapat berbeda ini sependapat tentang firman Allah فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعاً Maka ia menerbangkan debu, maksudnya adalah tempat yang dilalui itu menerbangkan debu-debu baik karena peperangan ataupun karena firman-Nya فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعاً Dan ia ketengah-tengah kumpulan, berkata Al ' Uufi dari Ibnu Abbas yaitu kumpulan musuh yang terdiri dari kumpulan orang kafir. Dan firman-Nya إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Tuhannya. Inilah yang Allah sumpahi, yaitu bahwa manusia sangat kufur dan sangat ingkar terhadap ni'mat-ni'mat Allah yang telah Allah berikan kepadanya. Berkata Ibnu Abbas dan lainnya “Al Kanud” artinya Al Kufur ingkar, berkata Al Hasan “Al Kanud”, artinya orang yang menghitung hitung musibah dan lupa akan ni'mat-ni'mat Allah kepada-Nya. Berkata Ibnu Abu Hatim, dari Abu Amamah, ia berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ' Alaihi Wa Salam " Sesungguhnya manusia itu sangat “kanud” kepada Tuhannya, " beliau bersabda "Al Kanud adalah seorang yang makan seorang diri, memukul budaknya dan mencegah diri untuk memberi pemberian kepada orang lain, " hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari hadits I'tariz bin Utsman dari Hamzah bin Hani dari Abu Amamah yang di maukufkan. Dan firman-Nya وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ Dan sesungguhnya ia itu menyaksikan. Berkata Qatadah dan Sufyan Ats-Tsauri sesungguhnya Allah amat menyaksikan hal itu, dan mungkin pula kata "ia" dalam ayat ini adalah kembali kepada manusia, pendapat ini diungkapkan oleh Muhammad bin Ka'ab Al Qurdzi, hingga arti ayat ini adalah, bahwa sesungguhnya manusia menyaksikan akan perbuatannya yang ingkar itu, kesaksian itu diungkapkan dengan lidahnya sendiri atau akan nampak kesaksiannya itu dari kata-kata serta perbuatan-perbuatannya sebagaimana firman Allah “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan Masjid-masjid Allah, sedang mereka sendiri mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Surat At-taubah ayat ke-17. Dan firman-Nya وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ dan sesungguhnya ia sangat mencintai kebaikan. Sesungguhnya manusia dalam mencintai kebaikan yaitu harta sangat berlebihan, dalam menafsirkan ayat ini terdapat dua pendapat, Pertama Sesungguhnya manusia itu sangat besar kecintaannya terhadap harta, kemudian pendapat kedua Sesungguhnya manusia amat tamak dan amat bakhil karena cintanya terhadap harta, dan kedua pendapat ini adalah benar. Kemudian Allah SWT berfirman dalam rangka mengajak manusia untuk bersikap Zuhud terhadap dunia dan bersikap cinta terhadap akhirat, juga Allah memberi peringatan kepada manusia apa yang akan mereka alami setelah ini. أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan sesuatu yang ada di dalam kubur, mengeluarkan sesuatu yang ada dari dalam kubur berupa mayat-mayat, وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ dan diperlihatkan apa yang ada di dalam dada. Berkata Ibnu Abbas serta lain-lainnya, menampakkan dan memperlihatkan sesuatu yang selama ini mereka rahasiakan dalam diri mereka. Firman Allah إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu maha mengetahui keadaan mereka. Allah mengetahui seluruh perbuatan manusia dan Allah akan memberikan mereka balasan yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan didunia, tanpa melakukan kecurangan sebesar biji Dzarrah Al-'Adiyat tergolong surah Makkiyah , Surah ini diturunkan di kota ini terdiri dari 11 ayat , diturunkan setelah surah Al-' Aşr. Termasuk surah ke-100 dalam Al-Qur'anAl-Adiyāt artinya kuda perang yang berlari pokok surah Al-'Adiyat adalah manusia yang ingkar terhadap Allah dan mencintai harta ini memerintahkan kepada kita untuk selalu taat dan tunduk terhadap perintah Allah, tidak boleh ingkar , tidak boleh berlebihan mencintai harta benda, menjadi orang yang dermawan dan murah hati terhadap fakir turun surah ini, segerombolan pasukan kuda yang bertempur melawan musuh dan melukiskan tentang kepahlawanan mereka .

menyebabkansetiap manusia. mempunyai pengertian hidup yang. berbeda.Ada. yang sadar dan ada pula yang. tidak menyadari apa sebenarnya. arti dari sebuah kehidupan yang sesungguhnya.Tidak ada. yang bisa menyangkal kalau. seseorang belum mengetahui akan. arti sebuah kehidupan yang sesungguhnya.Tentu semuanya.
Surat Al Adiyat العاديات adalah surat ke-100 dalam Al Quran. Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Adiyat. Surat ini terdiri dari 11 ayat. Termasuk Surat Makkiyah. Dinamakan surat Al Adiyat yang berarti kuda yang berlari kencang. Nama ini diambil dari ayat pertama yang Allah bersumpah dengannya. Surat ini tidak memiliki nama lain. Surat Al Adiyat dan ArtinyaAsbabun NuzulTafsir Surat Al AdiyatSurat Al Adiyat ayat 1Surat Al Adiyat ayat 2Surat Al Adiyat ayat 3Surat Al Adiyat ayat 4Surat Al Adiyat ayat 5Surat Al Adiyat ayat 6Surat Al Adiyat ayat 7Surat Al Adiyat ayat 8Surat Al Adiyat ayat 9Surat Al Adiyat ayat 10Surat Al Adiyat ayat 11Penutup Tafsir Surat Al Adiyat Berikut ini Surat Al Adiyat dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا 1 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا 2 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا 3 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا 4 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا 5 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ 6 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 7 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 8 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ Wal aadiyaati dlobhaa. Falmuuriyaati qodhaa. Falmughiirooti shubhaa. Fa atsarna bihii naq’aa. Fawasathna bihii jam’aa. Innal insaana lirobbihii lakanuud. Wa innahuu alaa dzaalika lasyahiid. Wa innahuu lihubbil khoiri lasyadiid. Afalaa ya’lamu idzaa bu’tsiro maafil qubuur. Wahushshila maa fish shuduur. Inna robbahum bihim yaumaidzil lakhobiir ArtinyaDemi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Asbabun Nuzul Sebagian ulama berselisih apakah surat ini turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah atau sebelumnya. Yang berpendapat surat ini Madaniyah, karena ada hadits yang diriwayatkan Bazzar, Ibnu Abi Hatim dan Hakim tentang asbabun nuzul ayat 1 Surat Al Adiyat. Dari Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengirim pasukan berkuda. Selama satu bulan tak ada kabar. Lantas turunlah Surat Al Adiyat. Asbabun nuzul ini dicantumkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir. Mayoritas ulama berpendapat bahwa surat ini termasuk surat Makkiyah. Bahkan disebutkan, Surat Al Adiyat merupakan surat ke-13 yang turun kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Yakni turun setelah Surat Al Ashr dan sebelum Surat Al Kautsar. Sedangkan secara urutan mushaf, ia merupakan surat ke-100. Yakni setelah Surat Al Zalzalah. Jika surat Al Zalzalah diakhiri dengan balasan atas setiap kebaikan dan keburukan, surat Al Adiyat menjelaskan apa yang mengantarkan pada amal-amal buruk tersebut. Surat Al Adiyat secara umum menggambarkan kerugian kebanyakan manusia pada hari terjadinya zalzalah kiamat. Yakni mereka yang ingkar kepada nikmat Allah, bakhil karena cinta dunia dan tidak mempersiapkan diri menghadapi akhirat. Tafsir Surat Al Adiyat Tafsir surat Al Adiyat ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Ia bukan tafsir baru melainkan ringkasan kompilasi dari tafsir-tafsir tersebut. Juga ditambah dengan referensi lain seperti Awwal Marrah at-Tadabbar al-Qur’an dan Khawatir Qur’aniyah. Surat Al Adiyat ayat 1 وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, Kata al adiyat العاديات berasal dari kata adaa – ya’duu عدا – يعدوا yang berarti jauh atau melampaui batas. Dari kata itu muncul berbagai derivasi namun tetap mengandung makna jauh. Misalnya aduw عدو yang artinya musuh. Bermusuhan karena jauhnya hati. Ada pula al aduw العدو yang artinya berlari cepat. Menempuh jarak jauh dalam waktu singkat. Ada pula udwaan عدوان yang artinya agresi. Karena yang melakukannya jauh dari kebenaran dan keadilan. Secara harfiah, kata al adiyat العاديات berarti yang berlari kencang. Kata ini tidak menjelaskan siapa pelakunya. Menurut jumhur ulama termasuk Ibnu Abbas, artinya adalah kuda yang berlari kencang. Namun menurut Ali bin Abu Thalib, al adiyat di ayat ini adalah unta. Ia berhujjah, pada Perang Badar, kaum muslimin mengendarai unta. Hanya ada dua ekor kuda yang dibawa yakni milik Az Zubair dan Al Miqdad. Sementara yang mayoritas mengartikan kuda berhujjah, sebab sifat-sifat dalam surat ini ada pada kuda, bukan unta. Mulai dari mengeluarkan dengusan nafas saat berlari, hingga mengeluarkan percikan api. Unta secepat apa pun larinya, ia tak bisa menghasilkan percikan api. Kata dhabhan ضبحا berarti dengusan nafas saat berlari. Ibnu Abbas mengatakan, tidak ada binatang yang mengeluarkan dengusan nafas saat berlari kecuali kuda dan anjing. Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menyebut kuda apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencang dan keluar suara dengus nafasnya. Surat Al Adiyat ayat 2 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, Kata al muuriyaat الموريات menunjukkan pelaku yang menyalakan api. Dari kata waraa – waryan ورى – وريا atau wariya – yarii ور ي- يري yang artinya menyalakan api. Kata fa ف sebelum al muuriyaat menunjukkan bahwa nyala atau percikan api itu merupakan akibat dari berlari kencang. Kata qadhan قدحا berasal dari kata qadaha قدح yang artinya mengeluarkan atau memercikkan. Baik air dari kolam, kuah dari mangkuk maupun api dari batu, ia disebut qadhan jika keluarnya sedikit. Karenanya ayat ini dipahami kuda yang berlari kencang hingga menimbulkan percikan api akibat gesekan kakinya dengan batu. Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini “yakni suara detak teracaknya ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya.” Surat Al Adiyat ayat 3 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Kata al mughiirat المغيرات merupakan bentuk jamak dari al mughiir المغير. Berasal dari kata aghaara أغار yang artinya bercepat-cepat melangkah. Dari situ kemudian makna umumnya menjadi serangan mendadak yang dilakukan dengan mengendarai kuda. Kata shubhan صبحا artinya adalah waktu subuh. Menggambarkan serangan itu cepat dan mendadak waktunya. “Yaitu di waktu musuh sedang lengah, lalai atau mengantuk. Angkatan perang itu tiba-tiba datang laksana diturunkan dari langit,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. Orang yang mengartikan al adiyat dengan unta, menafsirkan ayat ini sebagai berangkat di waktu Subuh dari Muzdalifah ke Mina. Namun pendapat ini tidak sekuat tafsir tentang kuda perang yang juga merupakan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah. Surat Al Adiyat ayat 4 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا maka ia menerbangkan debu, Ibnu Katsir menjelaskan, maknanya adalah tempat yang kuda-kuda dan unta-unta itu berada, baik dalam ibadah haji maupun dalam jihad, debu-debuh beterbangan karenanya. Baca juga Ayat Kursi Surat Al Adiyat ayat 5 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Kata jam’an جمعا digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk kelompok besar dan selalu menduga akan mampu meraih kemenangan. Menurut Buya Hamka, artinya adalah kumpulan musuh. Sebagian mufassir menjelaskan, lima ayat yang dimulai dengan sumpah Allah ini menggambarkan cepatnya kedatangan kiamat. Laksana serangan mendadak pasukan berkuda di pagi hari pada zaman dulu. Syaikh Adil Muhammad Khalil menjelaskan, sumpah Allah dengan kuda perang dalam lima ayat ini untuk menunjukkan bahwa kuda melakukan itu semua meskipun dengan terengah-engah demi memenuhi kehendak tuannya. Lalu mengapa manusia justru ingkar kepada Allah dan tidak melakukan apa yang diperintahkan demi mendapat ridha-Nya? Surat Al Adiyat ayat 6 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Kata kanuud كنود merupakan bentuk superlatif dari kata kanada كند yang artinya tandus. Bentuk superlatif ini menggambarkan betapa besar kekufuran dan keingkaran manusia sehingga tidak mau memberikan bantuan sekecil apa pun. Buya Hamka mengatakan, arti kanuud adalah tidak berterima kasih, melupakan jasa. “Berapapun nikmat diberikan Allah, ia tidak merasa puas dengan yang telah ada itu bahkan minta tambah lagi. Nafsunya tidak pernah merasa cukup dan kenyang; yang ada tidak disyukurinya, yang datang terlebih dahulu dilupakannya.” Ibnu Katsir menafsirkan, sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya. Surat Al Adiyat ayat 7 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, Kata syahiid شهيد berasal dari syahida شهد yang artinya menyaksikan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu benar-benar menyaksikan sendiri mengakui keingkaran dirinya melalui sepak terjangnya. Terlihat jelas dari ucapan dan perbuatannya. Surat Al Adiyat ayat 8 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Kata al khair الخير juga punya arti kebaikan. Namun di ayat ini, artinya adalah harta benda. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menegaskan makna ini sebagaimana firman Allah pada Surat Al Baqarah ayat 180. كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. QS. Al Baqarah 180 Kata syadiid شديد berasal dari kata syadda شدّ yang bisa berarti menguatkan ikatan. Karena ikatannya dengan harta sangat kuat, ia enggan untuk melepaskannya. Ia menjadi sangat bakhil. Ada dua penafsiran ayat ini. Pertama, sesungguhny manusia itu sangat mencintai harta. Kedua, sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta membuatnya jadi kikir. Ibnu Katsir membenarkan kedua penafsiran ini. Surat Al Adiyat ayat 9 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, Kata bu’tsira القارعة awalnya bermakna membolak-balik sesuatu. Kata ini memberi kesan kegelisahan dan ketergesaan. Misalnya membolak-balikkan lemari karena mencari sesuatu. Dalam kubur nanti, dicari dan dibongkar dengan ketergesaan hingga gelisahlah isi hati yang dibongkar. Menurut Ibnu Katsir, maknanya adalah dikeluarkannya orang-orang yang telah mati dari dalam kuburnya. Az Zuhaili juga menafsirkan, orang-orang yang di dalam kubur akan dibangkitkan. Begitu pula Sayyid Qutb dan Buya Hamka. Surat Al Adiyat ayat 10 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Kata hushshila حصل memiliki arti memisahkan, mengemukakan atau menghimpun. Kata ash shuduur الصدور merupakan bentuk jamak dari ash shadr الصدر yang artinya dada. Maknanya adalah hati manusia. Menurut Ibnu Abbas, maknanya adalah apabila dilahirkan dan ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam hati. Surat Al Adiyat ayat 11 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Kata khabir خبير berasal dari khabar خبر yang artinya pencarian untuk mencapai pengetahuan yang pasti tentang hakikat sesuatu. Jika dipakai sebagai sifat Allah, ia mengandung arti pengetahuan-Nya menyangkut hal-hal yang detil serta tersembunyi, betatapun kecilnya sesuatu dan betapapun tersembunyi, pasti diketahui Allah. Baca juga Isi Kandungan Surat Al Adiyat Penutup Tafsir Surat Al Adiyat Surat Al Adiyat ini diawali dengan sumpah Allah. Dia bersumpah dengan kuda perang yang lari kencang tengerah-engah hingga memercikkan api saat kakinya bergesekan dengan batu. Semua itu rela dilakukan kuda demi memenuhi kehendak tuannya. Mengingatkan manusia, mengapa justru mereka ingkar kepada nikmat-nikmat Allah. Mengapa tidak seperti kuda yang siap dikendalikan ke medan perang kapan saja. Maka manusia diingatkan agar tidak mencintai dunia yang membuat bakhil. Sementara nanti ketika dibangkitkan dari kubur, harta dunia yang dulu dicintainya itu tak memberi manfaat apa-apa. Pada saat itu, ditampakkan segala yang tersembunyi dalam hati. Termasuk betapa besar cintanya kepada dunia. Termasuk betapa besar kebakhilannya. Manusia diingatkan hari kebangkitan; ada hisab, ada balasan. Dan Allah Maha Mengetahui serta tak ada yang tersembunyi dari-Nya meskipun dirahasiakan rapat-rapat dalam hati. Demikian Surat Al Adiyat mulai dari terjemahan hingga tafsirnya. Semoga kita diselamatkan Allah dari cinta dunia dan kebakhilan. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
SEBELUMkedatangan risalah Islam, manusia berada dalam kesesatan akidah dan cara hidup yang menyeleweng sebagaimana dijelaskan di dalam al-Quran surah Ali Imran ayat 164\/strong> yang bermaksud: \"Sesungguhnya Allah telah mengurniakan (rahmat-Nya) kepada orang-orang yang beriman, setelah Ia mengutuskan dalam kalangan mereka seorang Rasul
– Berikut kita uraikan surat Al-Adiyat Ayat 1 sampai 11 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, tafsir singkat KEMENAG. Surat Adiyat terdapat dalam surat ke 100. Surat ini terdiri dari 11 ayat dan termasuk surat Makiyah. Surat Adiyah memiliki arti Kuda Perang Yang Berlari Kencang, seperti diambil dari ayat pertama. Baca juga Surat At Takatsur Ayat 1 Sampai 8 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, Tafsir Singkat KEMENAG Berikut pembahasan surat Al-Adiyat Ayat 1 sampai 11 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, tafsir singkat KEMENAG وَٱلْعَٰدِيَٰتِ ضَبْحًا wal-ādiyāti ḍab-ḥā 1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, فَٱلْمُورِيَٰتِ قَدْحًا fal-mụriyāti qad-ḥā 2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, فَٱلْمُغِيرَٰتِ صُبْحًا fal-mugīrāti ṣub-ḥā 3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, فَأَثَرْنَ بِهِۦ نَقْعًا fa aṡarna bihī naq’ā 4. maka ia menerbangkan debu, فَوَسَطْنَ بِهِۦ جَمْعًا fa wasaṭna bihī jam’ā 5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ innal-insāna lirabbihī lakanụd 6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ wa innahụ alā żālika lasyahīd 7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلْخَيْرِ لَشَدِيدٌ wa innahụ liḥubbil-khairi lasyadīd 8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Baca juga Surah Al Asr Ayat 1-3 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, Tafsir Singkat KEMENAG ۞ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِى ٱلْقُبُورِ a fa lā ya’lamu iżā bu’ṡira mā fil-qubụr 9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, وَحُصِّلَ مَا فِى ٱلصُّدُورِ wa huṣṣila mā fiṣ-ṣudụr 10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌۢ inna rabbahum bihim yauma`iżil lakhabīr 11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. BACA JUGA Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI 1-6. Demi kuda perang yang berlari kencang dan bernafas terengah-engah ke arah musuh dengan penuh keberanian dan semangat guna membawa tuannya berperang di jalan Allah. Dan demi kuda yang memercikkan bunga api karena hentakan kuku kakinya beradu dengan batu batu. Hal ini menunjukkan keberaniannya menghadapi rintangan sebesar apa pun. Dan demi kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu pagi hal ini menunjukkan kesiagaannya untuk berjihad tanpa mengenal waktu, sehingga dengan serangan kuda-kuda itu menerbangkan debu yang tebal, tanda betapa dahsyat serangan mereka ke arah musuh, lalu menyerbu bersama dengan kepulan debu itu ke tengah-tengah kumpulan musuh dengan gagah berani. Demi kuda-kuda perang yang demikian sifatnya, sungguh manusia itu enggan bersyukur dan sangat ingkar kepada nikmat tuhannya. Manusia, kecuali yang dirahmati Allah, malas bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan tidak mau memenuhi kewajiban yang dibebankan kepadanya. 7. Dan sesungguhnya dia mengakui dan menyaksikan keingkarannya itu. Hal itu bisa dilihat dari mudahnya manusia bermaksiat kepada Allah. 8. Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan. Kecintaan berlebihnya pada harta membuatnya materialistis, mengumpulkan harta dengan jalan apa pun, tidak peduli halan atau haram. Cintanya itu juga membuatnya bakhil dan cenderung menggunakannya untuk sesuatu yang tidak benar. 9. Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan dan dibangkitkan pada hari kiamat untuk mempertanggung-jawabkan amalnya, 10. Dan tidakkah mereka mengetahui nasibnya bila apa yang tersimpan di dalam dada dilahirkan, baik itu keimanan maupun kekafiran’ kelakuan seseorang adalah cerminan isi hatinya. Buruknya perilaku seseorang merupakan pertanda buruknya hati orang tersebut, demikian sebaliknya. 11. Sungguh, tuhan mereka pada hari itu mahateliti terhadap keadaan mereka. Allah mencatat dengan rinci dan detail apa yang dilakukan manusia. Dengan bukti itu Allah akan menghisab dan memberi balasan yang sesuai kepada mereka.
Artinya "Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang
7. وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ Latin wa-innahu alaa dzaalika lasyahiidun Arti “Dan sesungguhnya dia manusia menyaksikan mengakui keingkarannya” Para ulama terbagi menjadi dua pendapat tentang dhamir “kata ganti” هُ “dia” pada firmanNya وَإِنَّهُ “dan sesungguhnya dia” kembali kemana? Maksudnya siapa?. Sebagian ulama mengatakan kembali ke Allah, sehingga makna ayat menjadi, “Sesungguhnya Allah menyaksikan pengingkaran tersebut” yaitu Allah menyaksikan sikap-sikap mereka yang ingkar, tidak bersyukur, lalai beribadah. Dan ini adalah pendapat mayoritas ahli tafsir Sebagian ulama yang lain berpandangan bahwa dhamir “kata ganti” هُ pada وَإِنَّهُ kembali kepada manusia itu sendiri, sehingga makna ayat menjadi, “Sesungguhnya manusia itu tahu dan menyaksikan sendiri akan keingkarannya.” lihat Tafsir al-Baghowi 8/509 Persaksiaan tersebut kadang dalam bentuk perkataan kadang dalam bentuk perbuatan. Misalnya dengan perkataan yaitu seseorang yang apabila diberi nikmat oleh Allah, dia tidak mengucap kalimat syukur, sehingga menunjukkan dia ingkar kepada Allah. Contoh lain seperti seseorang yang apabila diberi nikmat dia justru menisbatkan nikmat tersebut kepada dirinya, seakan-akan dia sendiri yang mengusahakan datangnya nikmat tersebut. Sebagaimana yang terjadi pada Qarun. Ketika dia diberi harta yang banyak oleh Allah dia malah berkata قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي ۚ “Dia Qarun berkata, Sesungguhnya aku diberi harta itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku’.” QS Al-Qashash 78 Hendaknya seorang muslim apabila diberikan anugerah oleh Allah dia tidak bersombong lantas mengatakan bahwa itu semua adalah karena usahanya, kecerdasannya, berkat keahlian dan pengalamannya semata karena ini adalah bentuk tidak bersyukur kepada Allah. Tetapi hendaknya dia menyandarkannya kepada Allah. Persaksian tersebut kadang pula berbentuk perbuatan. Seperti apabila seseorang diberi kenikmatan, dia lantas menghabiskannya dalam kepentingan yang tidak bermanfaat dan melakukan hal yang sia-sia, atau bahkan dia habiskan untuk melakukan sesuatu yang haram. Kemudian ketika diberi kesulitan oleh Allah dia justru pergi ke kuburan dan meminta kepada penghuni kubur tersebut, bukan kepada Allah. Wahai manusia ! Sesungguhnya kamu harus berusaha dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk bertemu dengan Tuhanmu, sampai kamu bertemu dengan-Nya ". "ASYHADU" adalah menyaksikan dan mengalaminya sendiri, bukan sekedar teori dalam buku-buku, atau kitab-kitab, bahkan ayat-ayat dan hadits-hadits, tapi "ASYHADU" adalah proses

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ الاعراف ١٧٢Ayat-ayat yang lalu berbicara tentang kisah Nabi Musa dan Bani Israil dengan mengingatkan mereka tentang perjanjian yang bersifat khusus, di sini Allah menjelaskan perjanjian yang bersifat umum, untuk Bani Israil dan manusia secara keseluruhan, yaitu dalam bentuk penghambaan. Allah berfirman, "Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi, yakni tulang belakang anak cucu Adam, keturunan mereka yang melahirkan generasi-generasi selanjutnya. Dan kemudian Dia memberi mereka bukti-bukti ketuhanan melalui alam raya ciptaanNya, sehingga dengan adanya bukti-bukti itu secara fitrah akal dan hati nurani mereka mengetahui dan mengakui kemahaesaan Tuhan. Karena begitu banyak dan jelasnya bukti-bukti keesaan Tuhan di alam raya ini, seakan-akan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka seraya berfirman, "Bukankah Aku ini Tuhan Pemelihara-mu dan sudah berbuat baik kepadamu?" Mereka menjawab, "Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi bahwa Engkau Maha Esa." Dengan demikian, pengetahuan mereka akan bukti-bukti tersebut menjadi suatu bentuk penegasan dan, dalam waktu yang sama, pengakuan akan kemahaesaan Tuhan. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari Kiamat kamu tidak lagi beralasan dengan mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini, tidak tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan."Dan ingatlah ketika sewaktu Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka menjadi badal isytimal dari lafal sebelumnya dengan mengulangi huruf jar yaitu anak cucu mereka maksudnya Dia mengeluarkan sebagian mereka dari tulang sulbi sebagian lainnya yang berasal dari sulbi Nabi Adam secara turun-temurun, sebagaimana sekarang mereka beranak-pinak mirip dengan jagung di daerah Nu`man sewaktu hari Arafah/musim jagung. Allah menetapkan kepada mereka bukti-bukti yang menunjukkan ketuhanan-Nya serta Dia memberinya akal dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman, "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul. Engkau adalah Tuhan kami kami menjadi saksi." yang demikian itu. Kesaksian itu supaya tidak jangan kamu mengatakan dengan memakai ya dan ta pada dua tempat, yakni orang-orang kafir di hari kiamat kelak, "Sesungguhnya kami terhadap hal-hal ini yakni keesaan Tuhan adalah orang-orang yang lalai." kami tidak Swt. menceritakan bahwa Dia telah mengeluarkan keturunan Bani Adam dari sulbi mereka untuk mengadakan persaksian atas diri mereka bahwa Allah adalah Tuhan dan Pemilik mereka, dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Sebagaimana Allah Swt. menjadikan hal tersebut di dalam fitrah dan pembawaan mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-NyaMaka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Ar Ruum30Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaSetiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah suci. Riwayat lain menyebutkan dalam keadaan memeluk agama ini Islam, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau searang Majusi, seperti halnya dilahirkan hewan ternak yang utuh, apakah kalian merasakan melihat adanya cacat padanya?Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Himar bahwa Rasulullah Saw. telah bersabdaAllah Swt, berfirman, "Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif cenderung kepada agama yang hak, kemudian datanglah setan, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya dan mengharamkan kepada mereka apa-apa yang telah Aku halalkan kepada mereka.”Imam Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, telah men­ceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku As-Sirri ibnu Yahya, bahwa At-Hasan ibnu Abul Hasan pernah menceritakan hadis berikut kepada mereka, dari Al-Aswad ibnu Sari’, dari kalangan Bani Sa'd yang menceritakan bahwa ia ikut berperang bersama Rasulullah Saw. sebanyak empat kali. Ia melanjutkan kisahnya, "Lalu kaum pasukan kaum muslim membunuh anak-anak sesudah mereka membunuh pasukannya. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah Saw., maka hal itu terasa berat olehnya, kemudian beliau bersabda, 'Apakah gerangan yang telah terjadi pada kaum sehingga mereka tega membunuh anak-anak?' Maka ada seorang lelaki dari pasukan kaum muslim bertanya, 'Bukankah mereka adalah anak-anak orang-orang musyrik, wahai Rasulullah Saw.?' Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya Sesungguhnya orang-orang yang terpilih dari kalian pun adalah anak-anak orang-orang musyrik. Ingatlah, sesungguhnya tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan melainkan ia dilahirkan dalam keadaan suci. Ia masih tetap dalam keadaan suci hingga lisannya dapat berbicara, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi atau orang Nasrani'.” Al-Hasan mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman di dalam Kitab-NyaDan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka. hingga akhir ayat"Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Imran Al-Juni, dari Anas ibnu Malik dari Nabi Saw. yang telah bersabda Dikatakan kepada seseorang dari kalangan ahli neraka pada hari kiamat nanti, "Bagaimanakah pendapatmu. seandainya engkau memiliki segala sesuatu yang ada di bumi, apakah engkau akan menjadikannya sebagai tebusan dirimu dari neraka?" Ia menjawab, "Ya." Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku menghendaki dirimu hal yang lebih mudah daripada itu. Sesungguhnya Aku telah mengambil janji darimu ketika kamu masih berada di dalam sulbi Adam, yaitu Janganlah kamu mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, tetapi ternyata kamu menolak selain mempersekutukan Aku."Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahih-nya masing-masing melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang yang lain diketengahkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Jarir yakni Ibnu Hazim, dari Kalsum ibnu Jubair, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda Sesungguhnya Allah telah mengambil janji dari sulbi Adam di Nu'man tepat pada hari Arafah. Maka Allah mengeluarkan dari sulbinya semua keturunan yang kelak akan dilahirkannya, lalu Allah menyebarkannya di hadapan Adam, kemudian Allah berbicara kepada mereka secara berhadapan, Bukankah Aku ini Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi." Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap keesaan Tuhan, atau agar kalian tidak mengatakan..., sampai dengan firman-Nya, "...orang-orang yang sesat dahulu."Imam Hakim mengetengahkannya di dalam kitab Mustadrak melalui hadis Husain ibnu Muhammad dan lain-lainnya, dari Jarir ibnu Hazim, dari Kalsum ibnu Jubair dengan lafaz yang sama, lalu ia mengatakan bahwa hadis ini sahih, tetapi keduanya Bukhari dan Muslim tidak mengetengahkan­nya. Imam Muslim berpegang kepada hadis ini karena ada Kalsum ibnu Jubair, dan ia mengatakan bahwa hadis ini telah diriwayatkan oleh Abdul Waris, dari Kalsum ibnu Jubair, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, lalu ia menilainya mauquf yakni hanya sampai kepada Ibnu Abbas. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku yaitu Hilal, dari Abu Hamzah Ad-Daba'i, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbinya seperti semut kecil dalam bentuk air Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sahi, telah menceritakan kepada kami Damrah ibnu Rabi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Mas'ud, dari Jarir yang menceritakan, "Anak lelaki Dahhak ibnu Muzahim meninggal dunia dalam usia enam hari. Dahhak berkata, 'Hai Jabir, apabila engkau letakkan anakku di dalam liang lahadnya, maka bukalah wajahnya dan lepaskanlah tali bundelannya, karena sesungguhnya anakku ini nanti akan diduduk­kan dan ditanyai.' Maka saya melakukan apa yang dipesankannya itu, Setelah saya selesai mengebumikannya, saya bertanya, 'Semoga Allah merahmatimu, mengapa anakmu ditanyai dan siapakah yang akan menanyainya.' Dahhak menjawab, 'Dia akan ditanyai mengenai perjanjian yang telah diikrarkannya semasa ia masih berada di dalam sulbi Adam.' Saya bertanya, 'Wahai Abul Qasim, apakah isi perjanjian yang telah diikrarkannya semasa ia masih berada di dalam sulbi Adam?' Dahhak menjawab, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya Allah mengusap sulbi Adam, lalu mengeluarkan darinya semua manusia yang kelak akan diciptakan-Nya sampai hari kiamat. Kemudian Allah mengambil janji dari mereka, yaitu hendaknyalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Allah Swt. menyatakan pula bahwa Dialah yang akan menjamin rezeki mereka. Setelah itu Allah mengembalikan mereka ke dalam sulbinya. Maka hari kiamat masih belum akan terjadi sebelum dilahirkan orang terakhir yang telah melakukan perjanjian pada hari itu. Maka barang siapa dari mereka yang menjumpai perjanjian yang lain yakni di dunia, lalu ia menunaikannya, niscaya perjanjian yang pertama bermanfaat baginya. Dan barang siapa yang menjumpai perjanjian yang lain, lalu ia tidak mengikrarkannya, maka perjanjiannya yang pertama tidak bermanfaat baginya. Dan barang siapa yang meninggal dunia ketika masih kanak-kanak sebelum menjumpai perjanjian yang lain, maka ia mati dalam keadaan berpegang kepada perjanjian pertama dan dalam keadaan fitrah suci dari dosa."Semua jalur periwayatan ini termasuk bukti yang menguatkan ke-mauquf-annya-hanya sampai kepada Ibnu yang lain diketengahkan oleh Ibnu Jarir, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Taibah, dari Sufyan ibnu Sa'id, dari Al-Ajlah, dari Ad-Dahhak, dari Mansur, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Amr yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka. Lalu beliau Saw. bersabda bahwa Allah mengambil mereka dari sulbinya sebagaimana ketombe diambil dari rambut kepala dengan sisir. Kemu­dian Allah berfirman kepada mereka "Bukankah aku ini Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Betul Engkau Tuhan kami." Maka para malaikat berkata Kami ikut bersaksi agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan.”Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini."Ahmad ibnu Taibah ini nama julukannya adalah Abu Muhammad Al-Jurjani kadi Qaumis, dia adalah salah seorang ahlu zuhud, Imam Nasai mengetengahkan hadisnya di dalam kitab Sunnah-nya. Imam Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa hadisnya dapat dicatat. Ibnu Addi mengatakan Abu Muhammad Al-Jurjani banyak mengetengahkan hadis-hadis yang garib. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abdur Rahman ibnu Hamzah ibnu Mahdi, dari Sufyan As-Sauri, dari Mansur, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Amr. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Jarir, dari Mansur dengan sanad yang sama, dan riwayat ini lebih sahih kedudukannya. Hadis yang lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Rauh yaitu Ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Malik, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Zaid ibnu Abu Anisah, bahwa Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnul Khattab pernah menceritakan kepadanya, dari Muslim ibnu Yasar Al-Juhanni, bahwa Umar ibnul Khattab pernah ditanya mengenai makna firman-Nya Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman, "Bukankah Aku ini Tuhan kalian ?” Mereka menjawab, 'Betul’ Engkau Tuhan kami., hingga akhir ayat. Maka Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. ditanya mengenai makna ayat ini, beliau Saw. menjawab melalui sabdanya Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan Adam kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya, dan mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya, Allah berfirman, "Aku telah menciptakan mereka untuk dimasukkan ke dalam surga. dan mereka hanya mengamalkan amalan ahli surga.” Kemudian Allah mengusap punggungnya lagi, lalu mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya, dan Allah berfirman, "Aku telah menciptakan mereka untuk neraka dan hanya amalan ahli nerakalah yang mereka kerjakan." Kemudian ada seorang lelaki yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang terjadi dengan amal itu? Rasulullah Saw, menjawab Apabila Allah menciptakan seorang hamba untuk surga, maka Allah menjadikannya beramal dengan amalan ahli surga, hingga ia mati dalam keadaan mengamalkan amalan ahli surga, lalu Allah memasukkannya ke dalam surga berkat amal itu. Dan apabila Allah menciptakan seorang hamba untuk neraka, maka Dia menjadikannya beramal dengan amalan ahli neraka, hingga ia mati dalam keadaan mengamalkan amalan ahli neraka, lalu Allah memasukkannya ke yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, dari Al-Qa'nabi, sedangkan Imam Nasai meriwayatkannya dalam kitab Tafsir­nya, dari Qutaibah, dan Imam Turmuzi di dalam kitab Tafsir-nya. meriwayatkannya dari Ishaq ibnu Musa, dari Ma'an. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Yunus ibnu Abdul A'la dari Ibnu Wahb. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Rauh ibnu Ubadah dan Sa'id ibnu Abdul Hamid ibnu Ja'far. Ibnu Hibban mengetengahkannya di dalam kitab Sahih-nya. melalui riwayat Abu Mus'ab Az-Zubairi. Semuanya dari Imam Malik ibnu Anas dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, tetapi Muslim ibnu Yasar belum pernah mendengar dari Umar, hal yang sama telah dikatakan pula oleh Abu Hatim dan Abu Za’ Hatim menambahkan, di antara keduanya —yakni antara Muslim ibnu Yasar dan Umar—terdapat Na'im ibnu Rabi'ah. Perkataan Abu Hatim ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di dalam kitab Sunnah-nya, dari Muhammad ibnu Musaffa, dari Baqiyyah dari Umar ibnu Ju'sum Al-Qurasyi, dari Zaid ibnu-Abu Anisah, dari Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnul Khattab, dari Muslim ibnu Yasar Al-Juhami, dari Na'im ibnu Rabi' ibnu Rabi'ah mengatakan bahwa ketika ia berada di hadapan Umar ibnul Khattab yang saat itu telah ditanya mengenai makna firman­Nya iniDan ingadah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi ia mengetengahkan asar hemat kami, Imam Malik secara lahiriahnya sengaja meng­gugurkan nama Na'im ibnu Rabi'ah dari rentetan perawi hanyalah semata-mata karena keadaan Na'im tidak diketahui dan dia tidak mengenalnya, mengingat Na'im tidaklah dikenal kecuali melalui hadis ini. Karena itulah Imam Malik sering menggugurkan penyebutan sejumlah perawi yang tidak dikenalnya. Oleh sebab itu pulalah maka ia banyak me-mursal-kan hadis-hadis yang marfu dan me-maqtu-kan banyak hadis yang yang lain diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dalam tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda Ketika Allah menciptakan Adam, maka Allah mengusap punggung Adam, lalu berguguranlah dari punggungnya semua manusia yang Dia ciptakan dari anak keturunannya sampai hari kiamat. Dan Allqh menjadikan di antara kedua mata setiap manusia dari sebagi­an mereka secercah nur cahaya, kemudian Allah menampilkannya dihadapan Adam. Maka Adam berkata, "Wahai Tuhanku, siapakah mereka ini?" Allah berfirman, "Mereka adalah anak cucumu.” Adam melihat seorang lelaki dari mereka yang nur di antara kedua matanya mengagumkan Adam. Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, siapakah orang ini?” Allah berfirman, "Dia adalah seorang lelaki dari kalangan umat yang akhir nanti dari kalangan keturunanmu, ia dikenal dengan nama Daud.” Adam berkata, "Wahai Tuhanku, berapakah usianya yang telah Engkau tetapkan untuknya “Allah menjawab “Enam Puluh Tahun”. Adam Berkata, "Wahai Tuhanku, saya rela memberikan kepadanya sebagian dari usiaku sebanyak empat puluh tahun.” Ketika usia Adam telah habis, ia kedatangan malaikat maut, maka Adam berkata, "Bukankah usiaku masih empat puluh tahun lagi?” Malaikat maut menjawab.”Bukankah engkau telah berikan kepada anakmu Daud?” Ketika malaikat maut menjawabnya, maka Adam mengingkarinya, sehingga keturunannya pun ingkar pula. Adam lupa, maka keturunannya pun lupa pula. Adam berbuat kekeliruan, maka keturunannya pun berbuat kekeliruan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. Imam Hakim telah meriwayatkannya di dalam kitab Mustadrak-nya. melalui hadis Abu Na'im Al-Fadl ibnu Dakin dengan sanad yang sama. Ia mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim, tetapi keduanya Bukhari dan Muslim tidak Abu Hatim telah meriwayatkannya di dalam kitab Tafsir-nya melalui hadis Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa ia menceritakan hadis ini dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r .a., dari Rasulullah Saw. Lalu ia menuturkan hadis ini semisal dengan hadis di atas sampai ia menyebutkanKemudian Allah memperlihatkan mereka kepada Adam. dan Allah berfirman “Hai Adam Mereka adalah keturunanmu” Ternyata di antara mereka terdapat orang yang berpenyakit lepra, supak, buta, dan berpenyakit lainnya. Maka Adam berkata, "Wahai Tuhanku, mengapa Engkau lakukan ini terhadap keturunanku?” Allah berfirman, "Agar mereka mensyukuri nikmat-Ku.” Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, siapakah mereka yang saya lihat memiliki nur cahaya yang paling menonjol di kalangan mereka? Allah berfirman, "Mereka adalah para nabi dari keturunanmu, hai Adam."Hadis yang lain diriwayatkan oleh Abdur Rahman ibnu Qatadah An-Nadri, dari ayahnya, dari Hisyam ibnu Hakim bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi Saw., "Wahai Rasulullah, apakah amal perbuatan itu baru muncul kemudian, ataukah telah ditetapkan oleh takdir sebelumnya?" Rasulullah Saw. bersabdaSesungguhnya Allah telah mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka. Kemudian Allah meraup mereka dalam kedua telapak tangan-Nya, lalu berfirman, "Mereka ini adalah ahli surga, dan mereka ini adalah ahli neraka." Maka ahli surga dipermudahkan untuk mengamalkan amalan ahli surga, dan ahli neraka dimudahkan untuk mengamalkan amalan ahli yang lain diriwayatkan oleh Ja'far ibnuz Zubair yang orangnya daif, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabdaSetelah Allah menciptakan makhluk-Nya dan menetapkan takdir­Nya, maka Dia mengambil golongan kanan dengan tangan kanan-Nya dan golongan kiri dengan tangan kiri-­Nya. Allah berfirman, "Hai golongan kanan! " Mereka menjawab, "Kami penuhi panggilan-Mu dengan penuh kebahagiaan," Allah berfirman, "Bukankah Aku adalah Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Benar, ya Tuhan kami" Allah berfirman, "Hai golongan kiri!" Mereka menjawab, "Kami penuhi panggilan-Mu dengan penuh kebahagiaan.” Allah berfirman, "Bukankah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab, "Benar, ya Tuhan kami.” Kemudian Allah mencampurkan mereka menjadi satu di antara sesama mereka. Maka ada yang bertanya kepada-Nya, "Wahai Tuhanku, mengapa Engkau campur adukkan di antara sesama mereka?” Allah berfirman, "Amal perbuatan mereka datang sesudah itu, dan mereka masing-masing akan mengamalkan amalannya agar mereka nanti kelak di hari kiamat tidak mengatakan, 'Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini'.” Kemudian Allah mengembalikan mereka ke dalam sulbi riwayat Ibnu yang lain diriwayatkan oleh Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-NyaDan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi hari itu Allah mengumpulkan seluruh manusia yang akan ada sampai hari kiamat nanti, lalu Allah menjadikan mereka dalam rupanya masing-masing dan membuat mereka dapat berbicara hingga mereka dapat berbicara, kemudian Allah mengambil janji dan ikrar dari mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman, "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?”Mereka menjawab, "Betul Engkau Tuhan kami.", hingga akhir ayat. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku mempersaksikan terhadap kalian tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, dan Aku telah mempersaksikan Adam kakek moyang kalian terhadap kalian, agar kalian kelak di hari kiamat tidak mengatakan, 'Kami tidak mengetahui." Ketahuilah oleh kalian bahwa tidak ada Tuhan selain Aku dan tidak ada Rabb selain Aku, maka janganlah Engkau mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Dan sesungguhnya Aku akan mengutus kepada kalian rasul-rasul untuk memberikan peringatan kepada kalian akan janji dan ikrar-Ku ini, dan Aku akan menurunkan kepada kalian kitab-kitab-Ku." Mereka menjawab, "Kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami dan Rabb kami, tidak ada Rabb dan tidak ada Tuhan selain Engkau." Pada hari itu mereka mengakui bersedia untuk taat, lalu Allah mengangkat kakek moyang mereka, Adam, dan Adam memandang mereka, maka ia melihat bahwa di antara mereka ada yang kaya, ada yang miskin, dan ada yang rupanya baik, ada pula yang tidak. Maka Adam berkata, "Wahai Tuhanku, mengapa tidak Engkau samakan hamba-hamba-Mu itu?" Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku suka bila dipanjatkan rasa syukur kepada Ku. Nabi Adam melihat adanya para nabi di antara mereka yang bagai­kan pelita karena memancarkan nur cahaya, lalu mereka secara khusus diikat dengan janji lain, yaitu berupa risalah dan kenabian. Hal inilah yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-firman-Nya Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi Al Ahzab7, hingga akhir ayat. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah. Ar Ruum30 Ini adalah seorang pemberi peringatan di antarapemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu. An Najm56 Termasuk pula ke dalam pengertian ini firman Allah Swt. yang mengatakan Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Al A'raf102Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa Allah Swt. mengeluarkan keturunan Bani Adam dari sulbinya, lalu Dia memisahkan antara ahli surga dan ahli neraka di antara mereka. Adapun mengenai pengambilan kesaksian yang mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan mereka, maka tiada lain hanya terdapat di dalam hadis Kalsum ibnu Jubair, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, juga dalam hadis Abdullah ibnu Amr. Kami telah menjelaskan bahwa keduanya mauquf, bukan marfu' seperti yang telah disebutkan di atas. Karena itulah ada sebagian ulama Salaf dan ulama Khataf yang mengatakan bahwa persaksian ini tiada lain adalah fitrah mereka yang mengakui keesaan Tuhan, seperti yang disebutkan di dalam hadis Abu Hurairah dan Iyad ibnu Himar Al-Mujasyi'i. Juga seperti yang disebutkan melalui riwayat Al-Hasan Al-Basri, dari Al-Aswad ibnu Sari', dan Al-Hasan menafsirkan ayat ini dengan pengertian tersebut. Mereka mengatakan bahwa karena itulah disebutkan di dalam firman-NyaDan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak disebutkan dari sulbi disebutkan dari sulbinya Adam....anak cucu Allah menjadikan keturunan mereka generasi demi generasi, satu kurun demi satu kurun, sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat-ayat lain, yaituDia-lah yang menjadikan kalian khalifah-khalifah di muka bumi. Faathir'39dan yang menjadikan kalian manusia sebagai khalifah di bumi. An Naml62sebagaimana Dia menjadikan kalian dari keturunan orang-orang lain. Al An'am133Kemudian Allah Swt. berfirmanDan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul Engkau Tuhan kami." Maksudnya, Allah menjadikan mereka menyaksikan hal tersebut secara keadaan dan ucapan. Kesaksian itu adakalanya dilakukan dengan ucapan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.Mereka berkata, "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.Al An'am130Adakalanya pula dilakukan dengan keadaan yakni dengan sikap dan perbuatan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah SwtTidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. At Taubah17Artinya, sedangkan keadaan mereka atau sikap dan perbuatan mereka menunjukkan kekafiran mereka, sekalipun mereka tidak mengatakannya. Demikianlah pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Swt.dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkaran­nya. Al-'Adiyat 7Demikian pula permintaan, adakalanya dengan ucapan, adakalanya dengan keadaan sikap dan perbuatan, seperti pengertian yang ter­kandung di dalam firman Allah Swt.Dan Dia telah memberikan kepada kalian keperluan kalian dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya Ibrahim34Mereka mengatakan bahwa di antara dalil yang menunjukkan bahwa makna yang dimaksud dengan 'persaksian ini' adalah fitrah, yakni bila hanya persaksian saja yang dijadikan hujah terhadap kemusyrikan mereka, seandainya memang keadaannya demikian, maka niscaya yang terkena hujah hanyalah orang-orang yang telah mengucapkannya jika dikatakan bahwa penyampaian Rasulullah Saw. akan ketauhidan Allah sudah cukup untuk dijadikan bukti bagi keberadaan kesaksian ini, maka sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa orang-orang yang mendustakan-Nya dari kalangan kaum musyrik, mendusta­kan pula semua apa yang telah disampaikan oleh para rasul lainnya, baik yang menyangkut hal ini keesaan Tuhan ataupun masalah lainnya. Maka hal ini menjadikannya sebagai hujah tersendiri terhadap diri mereka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna yang dimaksud dari 'persaksian ini' adalah fitrah yang telah ditanamkan di dalam jiwa mereka menyangkut masalah ketauhidan Allah. Karena itulah disebutkan didalam firman Nyaagar kalian tidak agar di hari kiamat kelak, kalian tidak mengatakanSesungguhnya kami bani Adam terhadap terhadap masalah tauhid atau keesaan Allah orang-orang yang lengah, atau agar kalian tidak mengata­kan, "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan., hingga akhir ayat ini Allah menjelaskan kepada umat manusia mengenai keesaan-Nya melalui bukti-bukti yang terdapat di alam raya, setelah sebelumnya dijelaskan melalui perantaraan para rasul dan kitab-kitab suci- Nya. Allah berfirman, "Ingatkanlah manusia, wahai Nabi, saat Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi-sulbi1 anak-anak Adam, keturunannya yang melahirkan generasi-generasi selanjutnya. Kemudian Dia memberi mereka bukti-bukti ketuhanan melalui alam raya ciptaan-Nya, sehingga-dengan adanya bukti-bukti itu-secara fitrah akal dan hati nurani mereka mengetahui dan mengakui kemahaesaan Tuhan. Karena begitu banyak dan jelasnya bukti-bukti keesaan Tuhan di alam raya ini, seakan-akan mereka dihadapi oleh satu pertanyaan yang tak dapat dibantah, 'Bukankah Aku Tuhan kalian?' Mereka menjawab, 'Betul, Engkau adalah Tuhan yang diri kami sendiri mempersaksikan-Mu. ' Dengan demikian, pengetahuan mereka akan bukti-bukti tersebut menjadi suatu bentuk penegasan dan, dalam waktu yang sama, pengakuan akan kemahaesaan Tuhan. Hal itu kami lakukan agar di hari kiamat nanti mereka tak lagi beralasan dengan mengatakan, 'Sesungguhnya kami tidak tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan ini. ' 1 Penjelasan makna sulbi, lihat catatan kaki tafsir surat al-Thâriq 7.

Kelakakan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. "Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta Manusia begitu ingkar pada nikmat Rabbnya. Mereka amat cinta pada harta dan bersikap pelit. Kelak semua itu akan ditampakkan oleh Allah dan akan dibalas. Allah Ta’ala berfirman, وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا 1 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا 2 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا 3 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا 4 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا 5 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ 6 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 7 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 8 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ 11 “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada? Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” QS. Al Adiyat 1-11. Kuda Perang Ketika Menyerang Musuh Dalam surat Al Adiyat ini, Allah bersumpah dengan kuda. Kuda adalah di antara karunia Allah pada makhluk-Nya. Kuda di sini memiliki keistimewaan khusus dibanding hewan-hewan lainnya. Kuda tersebut dikatakan berlari kencang dengan terengah-rengah. Kuda tersebut memercikkan api karena sentakan kakinya yang mengenai batu saat berlari kencang. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya di waktu Shubuh. Lalu kuda tersebut menerbangkan debu-debu. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya hingga menebus ke tengah-tengah mereka. Inilah yang digunakan untuk bersumpah oleh Allah dalam awal-awal surat ini. Manusia Sangat Ingkar Adapun isi sumpah dijelaskan mulai pada ayat, إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” Makna “al kanud” adalah al kafur, yaitu mengingkari nikmat Rabbnya. Demikian kata Ibnu Abbas dan lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, هو الذي يعد المصائب، وينسى نعم ربه “Manusia itu terus menghitung-hitung musibah. Namun melupakan betapa banyak nikmat yang telah Rabbnya beri.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 634. Akan Menyaksikan Kekufurannya Dalam ayat selanjutnya disebutkan, وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ “dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya“. Ada dua tafsiran mengenai ayat di atas 1- Allah akan menjadi saksi terhadap apa yang diperbuat manusia. Demikian dikatakan oleh Qotadah dan Sufyan Ats Tsauri. Maksudnya di sini adalah Allah akan membalas kekufuran manusia. 2- Manusia akan menjadi saksi atas kekufuran mereka sendiri. Demikian pendapat Muhammad bin Ka’ab Al Qurthubi. .” Lihat Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 635. Bakhil Karena Cinta Harta Adapun ayat, وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ “Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Khoir atau kebaikan dalam ayat ini yang dimaksud adalah harta. Namun ada dua pendapat dalam memaknakan ayat tersebut 1- Manusia sangat cinta pada harta. 2- Manusia sangat pelit bakhil. Kedua makna di atas adalah makna yang shahih benar kata Ibnu Katsir. Zuhud pada Dunia dan Ingat Kehidupan Akhirat Selanjutnya Allah memotivasi untuk zuhud pada dunia dan bersemangat menggapai akhirat. Allah ingatkan pula apa yang terjadi setelah alam dunia. Perhatikan ayat selanjutnya, أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada?“ Yang dimaksudkan ayat di atas adalah “tidakkah mereka tahu bagaimana keadaan mayit yang dibangkitkan dari alam kubur?” Lalu disebutkan selanjutnya “tidakkah mereka tahu apa yang dikeluarkan dari dalam dada”, maksudnya adalah sesuatu yang nanti akan ditampakkan dari dalam hatinya? Artinya, segala rahasia dan apa yang tersembunyi dalam hati akan ditampakkan kelak. Allah Maha Mengetahui … Dalam akhir ayat disebutkan, إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ “Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” Maksudnya -kata Ibnu Katsir- bahwa Allah mengetahui segala yang mereka perbuat dan akan membalasnya, juga sama sekali Allah tidak berbuat zhalim sedikit pun kepada manusia. Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah mengetahui perbuatan hamba yang lahir dan batin, yang nampak maupun yang tersembunyi. Allah pun akan membalas perbuatan tersebut. Pengetahuan Allah di sini dimaksudkan untuk keadaan pada hari kiamat. Padahal Allah memiliki sifat mengetahui setiap saat karena yang dimaksud pengetahuan Allah di sini adalah balasan Allah terhadap amalan hamba. Balasan itu karena Allah mengetahui apa yang manusia perbuat.” Hanya Allah yang memberi taufik. Referensi Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsiril Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H. Tafsir Al Qur’an Al Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H. — Sumber nYmHC.
  • dfv9vinsku.pages.dev/337
  • dfv9vinsku.pages.dev/141
  • dfv9vinsku.pages.dev/92
  • dfv9vinsku.pages.dev/385
  • dfv9vinsku.pages.dev/176
  • dfv9vinsku.pages.dev/188
  • dfv9vinsku.pages.dev/255
  • dfv9vinsku.pages.dev/174
  • dfv9vinsku.pages.dev/142
  • sesungguhnya manusia akan menyaksikan sendiri